"Katakanlah (Hai Muhammad): “Inilah jalanku: aku dan orang-orang yang mengikutiku berdakwah (mengajak kamu) kepada Allah dengan yakin, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik". (Yusuf : 108).
Jika aku, engkau sahabat, atau sahabat-sahabat kita berfikir seperti judul diatas ketahuilah.......
Bahwa jalan dakwah ini memang berliku. Nikmati sajalah likuan itu. Tidakkah kita ingat bahwa Rasulullah banyak mengalami penderitaan ketika mendakwahkan Islam? Renungi wahai sahabat, apa yang membuatmu berfikiran meninggalkan majelis Islam. Hatimu? Jika engkau tidak nyaman berada diantara pendakwah ataupun menjadi orang yang berdakwah, lantas tempat mana yang bisa membuat hatimu nyaman? Jika memang engkau mendapati suatu kemudharatan ditempatmu saat ini, maka memang harus dijauhi karena manusia cenderung berprilaku sesuai dengan keadaan sekitarnya. Tapi jika kita berada dalam majelis ilmu dimana didalamnya banyak disebutkan nama Allah, atas alasan apa kita menjauhinya? Atas alasan apa kita meninggalkannya?
Dalam sebuah ayat, Allah menghibur Rasulullah:
"Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan" (An-Nahl:127).
Ingatlah, ganjaran orang yang berdakwah
Sahabat, Allah SWT berfirman dalam Surat Alhajj dan Surat Muhammad:
"Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa," (Al Hajj : 40).
"Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (Muhammad : 7)
Janji Allah bagi orang yang menolong agama-Nya. Janji-Nya tidak perlu diragukan. Yang kita perlukan untuk tetap bertahan di jalan dakwah adalah keikhlasan dan kesungguhan. Ingatlah bahwa sampai saat ini pun Allah masih mau mengabulkan keinginan kita, padahal kita hanya hamba yang selalu berdosa. Tidakkah kita ingin melakukan sesuatu untuk-Nya.
"Lillaah", kalimat ini...
Lillah (karena Allah). Seringkali kita menyebut dan mendengar "lakukanlah segala hal hanya karena Allah semata". Apakah ini sekedar ucapan atau frasa saja? Ingatlah ketika Ibrahim A.S mendapat perintah dari mimpinya untuk menyembelih anak lelakinya Ismail A.S, bagi kita ayah mana yang mau anaknya mati ditangannya sendiri. Tapi bagi Ibrahim A.S tidak mungkin Allah akan merugikan hamba-Nya yang taat, maka Ia akan melakukannya. Ismail sang anak pun menagatakan kepada ayahnya,
"....wahai ayahku, lakukan apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, Insya’allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" (As-saffat : 102).
Sebagai manusia biasa, mungkin memang susah berprilaku seperti ini, wajar saja karena dunia ini penuh perhiasan yang terkadang memalingkan kita dari-Nya. Tapi, kita masih bisa berusaha untuk me-nomor satukan Allah selagi nafas masih berhembus.
Kualitas hubunganmu dengan Allah akan mempengaruhi kualitas hubunganmu dengan manusia
Jika engkau merasakan ketidaknyamanan berada dengan orang-orang di majelis ilmu yang didalamnya banyak disebut nama Allah. Maka tanyakanlah pada dirimu, bagaimana kualitas hubunganmu dengan Allah. Bagaimana ibadahmu, apakah masih sekedarnya. Bagaimana dengan muraqabahmu? Bagaimana dengan hatimu? Apakah memiliki penyakit hati seperti hasad (dengki), suuzhan, dsb. Maka sebenarnya, kita harus berkumpul dengan orang-orang yang sekiranya mengingatkan kita kepada Allah...
Kesempurnaan bukan milik kita...
Kita bukanlah orang suci. Kita bukanlah orang yang bebas dari dosa. Dosa ini pasti begitu banyak. Istighfar dan bertaubat, semoga Allah mengampuni kita. Manusia harus saling merangkul dalam kebaikan, bukan dalam keburukan.
"....Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya" (Al-Maidah : 2].
Manusia tercipta dengan sifat dha'if (lemah). Maka dari itu kita butuh kekuatan. Kekuatan yang datang dari sahabat kita melalui dukungannya, rangkulannya. Tentu saja sumber kekuatan itu adalah Allah SWT, maka "jemputlah" kekuatan itu.
Wallahu a'lam.
Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar