Dialah Uwais Al-qarni, seorang yang terkenal di langit, tapi tidak terkenal di bumi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita mengenai Uwais al-Qarni tanpa pernah melihatnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Dia seorang penduduk Yaman, daerah Qarn, dan dari kabilah Murad. Ayahnya telah meninggal. Dia hidup bersama ibunya dan dia berbakti kepadanya. Dia pernah terkena penyakit kusta. Dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia diberi kesembuhan, tetapi masih ada bekas sebesar dirham di kedua lengannya. Sungguh, dia adalah pemimpin para tabi’in.”Rasulullah pun pernah berkata kepada Umar ibn Khattab (radhiyallahu 'anhu) agar Umar bertemu dengannya. Suatu hari Umar bertanya mengenai Uwais pada jemaah haji dari Yaman, beliau bertanya dalam keadaan apa saat mereka meninggalkan Uwais. Mereka pun menjawab bahwa meninggalkannya dalam kemiskinan dan pakaian usang. Umar pun berkata :
“Celakalah kalian. Sungguh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bercerita tentangnya. Kalau dia bisa memohonkan ampun untuk kalian, lakukanlah!”
Jelaslah bahwa doa Uwais adalah doa yang didengar langit. Lalu Umar bertemu dengan Uwais, dan meminta Uwais memohon ampunkan pada Allah atas dosa Umar. Uwais pun kaget seorang Umar meminta padanya. Lalu ketika Umar berkata akan menulis surat ke walikota Irak mengenai Uwais, Uwais berkata :
“Saya bersumpah kepada Anda wahai Amriul Mukminin agar engkau tidak melakukannya. Biarkanlah saya berjalan di tengah lalu lalang banyak orang tanpa dipedulikan orang.”
Dari kisah ini, nampaklah bahwa Uwais tidak ingin menjadi orang yang terkenal di bumi, lebih baik ia beramal tanpa diperdulikan orang. Inilah keikhlasan, kita tidak perduli apa penialaian orang atas amalan kita, karena hanya Allah yang pantas mengetahuinya.
Amalan dan Riya'
Tentu saja kita sudah tahu apa itu Riya', yaitu seseorang yang akan melebih-lebihkan ibadah dan amalannya jika ada yang melihatnya. Disebagian besar ibadah seperti shalat berjama'ah, infaq, dsb, dalam hal ini manusia dapat saja melakukan Riya' dengan perbuatannya.
Tapi lain halnya dengan puasa. Puasa ini sangat besar nilainya di sisi Allah, karena misalkan kita berpuasa sunnah, orang-orang tidak akan tahu bahwa kita sedang berpuasa. Bagaimana kira-kira potensi Riya' ketika puasa? Jawabannya adalah menyebut-nyebutnya. Contohnya dengan membuat status di Facebook pada saat ia berbuka puasa sunnah:
"Alhamdulillah berbuka....."
Lalu contoh lainnya adalah shalat Tahajud. Shalat tahajud juga sangat besar nilainya selain shaalat fardhu. Karena kemungkinan berbuat Riya' disini sangat kecil, disebabkan pada malam hari kita terbangun sendiri untuk beribadah sedangkan orang lain tidak mungkin melihatnya. Tapi amalan rahasia seperti ini bisa menjadi sumbar kriya'an jika seseorang tersebut menyebut-nyebutnya.
Tapi jika tujuannya adalah memberi semangat bagi yang lain, itu tidak masalah. Otherwise, kita harus memperkecil mudharat dari perbuatan yang kita lakukan bukan ? ;)
Wallahu a'lam.
(Ichan)