Rabu, 24 Juni 2015

Uwais alqarni : seorang yang terkenal di langit tapi tidak terkenal di muka bumi.

Hari ini, petang ini telah berlangsung acara Buka Bersama HIMAFI Unand dan KAMUS (Kajian Muslim) Fisika. KAMUS Fisika kali ini diberikan oleh Dosen kami Bapak Dr. Techn. Marzuki, MSc.Eng. Berikut ringkasannya :




Dialah Uwais Al-qarni, seorang yang terkenal di langit, tapi tidak terkenal di bumi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita mengenai Uwais al-Qarni tanpa pernah melihatnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 “Dia seorang penduduk Yaman, daerah Qarn, dan dari kabilah Murad. Ayahnya telah meninggal. Dia hidup bersama ibunya dan dia berbakti kepadanya. Dia pernah terkena penyakit kusta. Dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia diberi kesembuhan, tetapi masih ada bekas sebesar dirham di kedua lengannya. Sungguh, dia adalah pemimpin para tabi’in.”
Rasulullah pun pernah berkata kepada Umar ibn Khattab (radhiyallahu 'anhu) agar Umar bertemu dengannya. Suatu hari Umar bertanya mengenai Uwais pada jemaah haji dari Yaman, beliau bertanya dalam keadaan apa saat mereka meninggalkan Uwais. Mereka pun menjawab bahwa meninggalkannya dalam kemiskinan dan pakaian usang. Umar pun berkata :


“Celakalah kalian. Sungguh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bercerita tentangnya. Kalau dia bisa memohonkan ampun untuk kalian, lakukanlah!”

Jelaslah bahwa doa Uwais adalah doa yang didengar langit. Lalu Umar bertemu dengan Uwais, dan meminta Uwais memohon ampunkan pada Allah atas dosa Umar. Uwais pun kaget seorang Umar meminta padanya. Lalu ketika Umar berkata akan menulis surat ke walikota Irak mengenai Uwais, Uwais berkata :


“Saya bersumpah kepada Anda wahai Amriul Mukminin agar engkau tidak melakukannya. Biarkanlah saya berjalan di tengah lalu lalang banyak orang tanpa dipedulikan orang.”

Dari kisah ini, nampaklah bahwa Uwais tidak ingin menjadi orang yang terkenal di bumi, lebih baik ia beramal tanpa diperdulikan orang. Inilah keikhlasan, kita tidak perduli apa penialaian orang atas amalan kita, karena hanya Allah yang pantas mengetahuinya.


Amalan dan Riya' 

Tentu saja kita sudah tahu apa itu Riya', yaitu seseorang yang akan melebih-lebihkan ibadah dan amalannya jika ada yang melihatnya. Disebagian besar ibadah seperti shalat berjama'ah, infaq, dsb, dalam hal ini manusia dapat saja melakukan Riya' dengan perbuatannya.

Tapi lain halnya dengan puasa. Puasa ini sangat besar nilainya di sisi Allah, karena misalkan kita berpuasa sunnah, orang-orang tidak akan tahu bahwa kita sedang berpuasa. Bagaimana kira-kira potensi Riya' ketika puasa? Jawabannya adalah menyebut-nyebutnya. Contohnya dengan membuat status di Facebook pada saat ia berbuka puasa sunnah:


"Alhamdulillah berbuka....."

Lalu contoh lainnya adalah shalat Tahajud. Shalat tahajud juga sangat besar nilainya selain shaalat fardhu. Karena kemungkinan berbuat Riya' disini sangat kecil, disebabkan pada malam hari kita terbangun sendiri untuk beribadah sedangkan orang lain tidak mungkin melihatnya. Tapi amalan rahasia seperti ini bisa menjadi sumbar kriya'an jika seseorang tersebut menyebut-nyebutnya.

Tapi jika tujuannya adalah memberi semangat bagi yang lain, itu tidak masalah. Otherwise, kita harus memperkecil mudharat dari perbuatan yang kita lakukan bukan ? ;)

Wallahu a'lam.
(Ichan)


Rahasia keikhlasan.. Allah, ajari kami untuk ikhlas dalam amal kami...

oleh : Ust. Irsyad Syafar, Lc, M.Ed


Semakin besar "bagian" Allah dalam amalan seorang hamba maka semakin besar pulalah balasan yang Allah berikan baginya. Sebaliknya, semakin besar jatah hamba dibalik amalannya, dan semakin kecil yang untuk Allah, maka semakin kecil pulalah pahala dan balasan yang Allah sediakan untuknya.

Disinilah letak urgennya sebuah niat atau rencana atau keinginan. Niat bisa menjadikan amalan sederhana menjadi besar di sisi Allah. Sebaliknya niat juga bisa menyebabkan kerdilnya amalan-amalan besar.

Seorang lelaki berjalan di padang pasir kehausan. Lalu dia mencari air untuk minum. Ia turun ke sebuah sumur dan mendapatkan air untuk diminum. Ketika ia telah keluar dari sumur tersebut, ia bertemu seekor anjing yang tengah kehausan. Lelaki ini berbalik dan turun ke sumur kembali. Dengan sepatunya yang terbuat dari kulit dia bawa air ke atas dan diberinya anjing tersebut minum. Karena perbuatan tersebut, lelaki ini masuk sorga... (terdapat dalam HR Bukhari).

Lihatlah amalan lelaki tersebut. Hanya memberi minum seekor anjing. Ya, hanya seekor anjing. Anjing, bukan kucing. Tapi Allah hadiahi dia dengan sorga. Apa yang istimewa dari amalan kecil ini? Adalah niatnya yang sangat ikhlas. Tidak ada kepentingannya dengan memberi minum anjing. Tidak ada pencitraan ataupun popularitas.

Kebalikan dari hadits di atas, Rasulullah saw mengabarkan tentang 3 golongan yang pertama kali dimasukkan ke dalam neraka. Mereka adalah orang yang mati berperang di jalan Allah, qori Al Quran dan orang yang dermawan yang suka berinfaq.

Kok bisa seperti itu? Bukankah 3 amalan tersebut adalah amal shaleh yang besar nilai dan pahalanya di sisi Allah? Mati di medan jihad adalah mati syahid. Pahalanya adalah masuk sorga tanpa hisab. Membaca Al Quran pahalanya berlipat ganda tidak terkira. Satu huruf bisa bernilai 10 kali lipat pahala. Derjatnya bisa menyamai malaikat. Orang dermawan dan suka berinfaq adalah disukai Allah. Bisa dapat balasan pahala 700 kali lipat. Tapi, kenapa masuk neraka???

Ternyata permasalahannya adalah pada niat. Yang mati dalam jihad niatnya bukan karena Allah, tetapi karena ingin digelari sebagai pahlawan dan pemberani. Adapun sipembaca Al Quran niatnya bukan karena Allah, tetapi untuk mendapat gelar qori. Sedangkan yang dermawan niatnya juga bukan karena Allah. Tetapi agar digelari seorang yang pemurah dan dermawan... (terdapat dalam HR Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah dishahihkan oleh Albany).

Akibatnya, mereka menjadi golongan pertama yang masuk neraka. Padahal amalannya termasuk amalan-amalan puncak.

Karena itu, niat menjadi sangat menentukan tinggi atau rendahnya sebuah amalan. Khusus ibadah puasa yang memang spesial untuk Allah, maka harus dijaga dan dipastikan betul bahwa ibadah ini semata-mata karena Allah, demi mematuhi perintahNya dan untuk meraih redhaNya. Tidak ada terselib dalam hati karena segan kepada teman, atau karena tertekan dengan lingkungan sekitar, atau alasan lain yang bukan karena Allah...

Allah telah janjikan balasan khusus bagi ibadah puasa. Melampaui 10 kali lipat, bahkan melewati pahala 700 kali lipat. Tak terbatas, hanya Allah yang menentukan...sebab puasa khusus hanya untuk Allah....


"Puasa itu untuk-Ku, dan Aku yang akan membalasinya.... dia tinggalkan syahwatnya, makannya dan minumnya karena Aku..." (Hadits Qudsi riwayat Bukhari dan Muslim).

Orang-orang yang lemah dan dibelenggunya syaithan...

oleh : Ust. Irsyad Syafar, Lc, M.Ed





Dalam shahihnya Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw mengatakan: "Apabila datang bulan Ramadhan maka pintu-pintu sorga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup, dan syetan-syetan dibelenggu (dirantai)..."

Dari hadits ini muncul beberapa pertanyaan yang menggelitik. Diantaranya, untuk apa semua pintu sorga dibuka? Toh kalau ada yang meninggal di bulan Ramadhan gak bakal langsung masuk sorga. Sebab agenda masuk sorga itu kan nanti setelah hari qiyamat, setelah manusia berbangkit dan amal-amal dihisab. Dan yang masuk sorga duluan kan Rasulullah saw ??

Begitu juga pintu neraka, untuk apa semuanya ditutup? Toh kalau ada orang kafir yang mati tak bakal langsung masuk neraka. Sebab jadwal agenda masuk neraka itu juga nanti, setelah qiyamat...??

Kemudian, katanya syetan-syetan dibelenggu, tapi kok masih saja banyak orang Islam yang berbuat maksiat, berbohong, menipu, mengumbar aurat, tidak shalat, tidak puasa dan lain-lain?

Ulama hadits seperti Imam Ibnu Hajar dan Imam Nawawi telah menjelaskan maksud dari hadits ini. Merka menjelaskan bahwa pintu sorga dibuka artinya pintu rahmat dan kasih sayang Allah dibuka. Peluang pahala diperbanyak dan dilipatgandakan. Sedangkan pintu neraka ditutup maksudnya adalah dipersulitnya peluang berbuat dosa dan banyaknya ampunan dari Allah.

Dengan bahasa lain, Allah menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga kondusif untuk mentaatiNya dan terhalang dari bermaksiat kepadaNya.

Nah, selanjutnya, bila suasana dan situasi telah dikondisikan oleh Allah sedemikian rupa di bulan Ramadhan, lalu masih ada saja muslim atau muslimah yang berbuat dosa dan maksiat, juga malas berbuat taat, tentulah ia seorang yang sangat-sangat lemah jiwa dan hatinya. Pastilah dia di luar bulan ramadhan lebih tidak mampu lagi berbuat kebaikan.

Rasulullah saw menyatakan: "Orang yang lemah adalah orang yang memperturutkan hawa nafsunya, lalu berangan-angan balasan pahala dari Allah..." (HR Tirmidzi).

Adapun terkait masih banyaknya orang yang berbuat dosa padahal kata Rasul syetan-syetan sudah dibelenggu, maka ini ada beberapa penjelasan:

Pertama, dalam hadits riyawat yang lain disebutkan bahwa yang dibelenggu itu adalah syetan-syetan pembangkang dan para kaliber atasnya. Adapun syetan-syetan kecil masih berkeliaran dan gentayangan. Dari penjelasan ini dapat dipahami betapa lemahnya manusia yang masih berbuat dosa di bulan ramadhan. Sama syetan kelas teri dan kroco-kroco iblis saja dia telah terpedaya. Apalagi nantik dengan induk semangnya...

Kedua, Ibnu Hajar dalam keterangannya di dalam kitab Fathul bahri menyatakan bahwa syetan-syetan itu dikekang dan dirantai adalah sebenarnya (hakiki). Bukan kiasan. Maka dari sana juga dapat dipahami betapa lemahnya manusia yang berbuat dosa di ramadhan. Syetan yang terbelenggu saja masih sanggup memperdayanya. Apalagi nantik setelah semua mdreka terbebas dari rantai dan belenggu. Pasti lebih mudah lagi menggoda dan memperdaya....

Ketiga, dan ini yang lebih parah. Yaitu syetan dan iblis semuanya sudah terbelenggu dan terpenjara. Lalu, Manusia-manusia yang masih berbuat dosa di bulan ramadhan, karena telah sangat lemahnya jiwa dan dirinya, mereka sendirilah yang berinisiatif untuk berbuat dosa. Sesungguhnya mereka telah berubah menjadi syetan-syetan manusia atau sebaliknya manusia syetan.

Hal ini telah Allah isyaratkan dalam firmanNya QS Al An'am: 112 yang artinya:

"Demikianlah Kami jadikan bagi setiap Nabi, musuh dari kalangan syetan-syetan manusia dan syetan jin, yang satu sama lain saling memerintahkan hiasan kata yang menipu...."

Minggu, 21 Juni 2015

Ramadhan bulan kedermawanan, karena semua orang ingin menikmati keindahannya

dibuat oleh : Ust. Irsyad Syafar, Lc, M.Ed


Rasulullah saw adalah seorang yang sangat dermawan. Beliau memberi kepada orang lain pemberian orang yang tidak takut miskin. Tidak jarang Beliau menjadi tak punya apa-apa karena sudah diberikan kepada orang lain.

Ada seorang lelaki yang datang dan masuk Islam, diberi oleh Beliau sepadang rumput binatang ternak. Ia sangat bahagia dan segera berangkat menuju kaumnya. Kepada mereka ia berkata: "Masuk Islamlah kalian, demi Allah sesungguhnya Muhammad memberi pemberian orang yang tidak takut miskin..." (Shahih Muslim dari Anas bin Malik)

Pernah juga seorang arab kampung bertemu Beliau saat perjalanan pulang dari perang Hunain. Lelaki itu memaksa meminta selendang (sorban) Nabi. Sampai Beliau terdesak ke sebuah pohon. Tapi Beliau tetap sabar dan memberi orang berperilaku seperti itu... (di dalam HR Bukhari).

Begitulah Beliau, nabi kita yang Mulia, Baginda Muhammad saw. Tak pernah menolak sedikitpun atau mengatakan tidak terhadap permintaan para sahabatnya.

Sudah begitu, ternyata Rasulullah sangat dan paling dermawan di bulan Ramadhan. Bahkan lebih dermawan dalam kebaikan dari pada angin yang berhembus... (HR Bukhari). Angin bisa kemana saja dan mengenai siapa saja. Begitu juga Beliau, lebih dermawan dari angin mengalir... tanpa pilih kasih.

Karena itu, kedermawanan juga merupakan ciri dan identitas ramadhan. Orang yang sudah terbiasa menahan nafsunya dari hartanya yang halal, pastilah ringan baginya memindahkan atau membagikan sebagian hartanya tsb kepada orang lain. Dengan kata lain, puasa memberikan pengaruh positif terhadap tingkat kedermawanan seseorang.

Teringat saya tentang "perangai" saya dengan dosen-dosen di timur tengah. Dimana saya perhatikan lumayan banyak dosen saya yang rutin puasa sunnah senin dan kamis. Setelah saya perhatikan, ternyata mereka bila saat puasa terkesan lebih pemurah. Bila saya minta sesuatu di hari senin atau kamis, terasa agak lebih mudah dan cepat terealisasi. Sampai- sampai saat suatu waktu saya ingin memiliki kitab riyadush shalihin yang bagus, cetakan arab saudi, saya datangi wakil direktur urusan kemahasiswaan pada hari kamis. Saya katakan bahwa saya ingin punya kitab riyadush shalihin untuk berdakwah di kampung halaman. Beliau langsung merespon. Dan dapatlah saya kitab tsb yang bagus dan baru... ??
Kejadian semisal itu sangat banyak saya rasakan saat kuliah di Lipia jakarta, di Kuwait dan di Cairo. Begitulah efek langsung dari puasa yang benar.

Adalah pemandangan yang sangat menyejukkan hati bila diramadhan ini kita saling berlomba dalam memberi dan berbagi. Tidak lagi sekedar mengenyangkan diri dengan berbagai menu perbukaan... tapi mulai berfikir saya mau memberi apa dan siapakah hari ini?

Kita merindukan hadirnya pasar pabukoan gratis, atau jamuan gratis di pinggir jalan bagi siapa saja yang tak sempat pulang saat adzan berkumandang... dan bentuk-bentuk kedermawanan lainnya...

* Harta kita yg abadi adalah yang kita berikan, sedangkan harta yang kita sisihkan/simpan, itu adalah harta ahli waris kita....(kandungan HR Bukhari dari Ibnu Mas'ud)


Qiyam Ramadhan......

ditulis oleh : Ust. Irsyad Syafar, Lc, M.Ed


                                                                   qiyam pic      

Rasulullah saw pernah menyatakan dalam hadits shahih muttafaqun 'alaih bahwa "Siapa yang puasa ramadhan dengan penuh iman dan perhitungan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu..".

Tapi perlu diingat juga, bahwa hadits ini ada kawannya. Yaitu sabda Baginda Nabi saw: "Siapa yang qiyam ramadhan dengan penuh iman dan perhitungan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu...".

Bahkan ada yang lebih dahsyat lagi, "Siapa yang qiyam pada malam qadar dengan penuh iman dan perhitungan, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.."

Sangat jelas sekali betapa hadits-hadits tsb di atas menginformasikan kepada kita bahwa agenda utama kita di siang ramadhan adalah shiyam/puasa. Itulah ibadah yang paling utama yang harus kita jaga dan kita laksanakan dengan penuh iman dan perhitungan.

Adapun di malam-malam ramadhan, agenda utama kita dan yang paling inti adalah qiyam ramadhan, atau yang paling akrab dengan nama shalat tarawih. Inilah ibadah paling utama di malam ramadhan. Yang harus dikawal dan dijaga dengan iman dan lerhitungan. Sekaligus ini juga merupakan identitas asli bulan ramadhan. Pendek kata, siang ramadhan yaa shiyam, malam ramadhan yaa qiyam.

Namun dalam tataran realita kita, sudahkah qiyam ramadhan atau tarawih ini menempati posisi terhormat di malam ramadhan kita?

Kita akui alhamdulillah semua masjid kita dan bahkan mushalla, hidup dan semarak dengan tarawih selama bulan ramadhan. Mulai dari malam pertama sampai malam terakhir.

Namun sayangnya, agenda shalat tarawih belum menjadi rating pertama dalam program malam ramadhan. Banyak masjid yang jauh-jauh hari sudah mencari dan memesan penceramah untuk selama ramadhan. 30 malam dengan 30 penceramah. Tidak jarang disebuah masjid untuk jadwal penceramah ramadhan 1436 H sudah tuntas dan penuh pada syawal 1435 H. Dari berbagai kota dan bahkan propinsi para penceramah diundang. Mulai dari kualifikasi S1 sampai S3 bahkan Profesor. Mulai dari yang produk dalam negeri sampai alumni timur tengah. Untuk para penceramah ini masjid menganggarkan dana yang tidak sedikit. Mulai dari 3 juta sampai 15 juta sebulan. Bahkan bisa lebih. Begitu juga para jamaah, kecendrungannya  juga sudah mulai memburu dan memilih masjid-masjid dengan penceramah kelas atas.

Persiapan dan anggaran untuk agenda ceramah ini tidak sebanding dengan persiapan dan agenda shalat tarawih yang ianya adalah amalan terbaik di malam ramadhan. Seberapa antusiaskah pengurus masjid mencari imam yang baik dan berkualitas untuk tarawih? Berapa dianggarkan? Banyakkah masjid yang mengontrak penuh satu bulan seorang imam yang hafizh dan fasih untuk tarawih yang lebih khusuk, tenang, syahdu, berdiri lebih panjang? Lalu, seberapa antusiaskah jamaah mencari dan mengejar masjid yang imam tarawihnya lebih baik dan khusyuk?

Tidak jarang terjadi jamaah yang terbatuk-batuk kalau imamnya agak panjang membaca ayat. Atau ada yang protes kenapa shalatnya terlalu panjang. Atau ada juga yang cendrung mencari masjid yang lebih cepat selesainya....

Mencari penceramah yang bagus adalah baik. Tetapi lebih baik lagi menyediakan imam yang bagus. Masjid-masjid besar ditimur tengah, mulai dari Al masjidil Haram, Masjid Nabawi, masjid Amru bin Ash di mesir, masjid Al Kabir di kuwait dan masjid-masjid lainnya di negara2 Islam, jarang atau hampir tidak ada penceramah di malam ramadhan. Tapi para imamnya, jangan ditanya. Ribuan orang datang ke masjid untuk menikmati tarawih bersama mereka. Kadang harus bersimbah air mata dengan ayat-ayat yang dibacanya... Karena memang, qiyam itu identitas ramadhan di malam hari.

Alquran, semoga kami menjadi temanmu yang setia di Ramadhan ini

dibuat oleh : Ust. Irsyad Syafar, Lc, M.Ed


Ramadhan pic



Ramadhan sangat identik dengan Al Quran, dan menjadi identitasnya. Karena Ramadhan adalah bulan yang diturunkannya Al Quran pada bulan tersebut. Tentunya pemilihan bulan Ramadhan oleh Allah bukanlah sembarangan. Disamping itu, nama bulan Ramadhan juga satu-satunya yang Allah sebutkan secara jelas di dalam Al Quran. Sedangkan nama-nama lain tidak ada di dalamnya. Ini menunjukkan keagungan dan kemuliaan khusus dari Allah. Dan memuliakan apa yang Allah muliakan merupakan karakter orang-orang beriman.

Oleh karena itu, orang-orang beriman mesti menghadirkan identitas ini dalam diri mereka (paling tidak) selama bulan ramadhan. Kemana dia beraktifitas, Al Quran menemani dan hadir bersamanya. Sehabis shalat shubuh dia bersama quran, dalam perjalanan menuju tempat kerjanya dia juga bersama Quran. Saat jam istirahat kantor, disela-sela waktu senggang, menjelang atau sesudah shalat-shalat wajib, setelah usai tarawih dan witir, menjelang tidur.... tampak sekali dalam setiap momen tersebut Al Quran melingkupi dan hadir bersamanya. 

Kehadiran Al Quran ini bisa beragam. Mulai dari membacanya, mendengarkannya, memahami dan mempelajari isinya, menghafalnya, sampai kepada mengamalkan dan mendakwahkannya...

Pendek kata, ada mushaf (Alquran) ditangannya, ada dibibirnya, ada dalam dialog dan diskusinya, ada dipendengarannya, ada dalam pikirannya, ada dirumah dan kendaraannya...

Dengan kehadiran seperti ini, seorang mukmin akan terbebas dari jenis sekelompok kaum yang dikadukan Rasulullah kepada Allah dalam QS Furqan : "Dan Rasul berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadi Al Quran terpinggirkan...".

Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa yang termasuk meminggirkan Al Quran adalah: tidak mengimaninya, tidak membenarkannya, tidak membaca dan mendengarkannya, tidak mengamalkannya, dll...

Bila di Ramadhan yang mulia ini Al Quran belum menjadi identitas, belum hadir dalam aktifitas kehidupan, masih terpinggirkan... niscaya di bulan-bulan lain tak akan hadir sama sekali...

Ramadhan itu..... menjaga

dibuat oleh : Ust. Irsyad Syafar Lc, M.Ed


Salah satu identitas ramadhan yang paling jelas adalah ramadhan itu syahrush shiyam. Shiyam itu artinya imsak atau menahan. Sebulan penuh Allah membimbing kita agar mampu menahan diri dari sesuatu yang asalnya halal di luar ramadhan.

Sebulan penuh di siang hari kita menahan diri dari makanan dan minuman yang halal dan milik kita sendiri. Suami istri yang halal juga menahan diri dari bergaul di siang hari.

Dari latihan menahan diri terhadap yang halal, diharapkan kita menjadi lebih ringan menahan diri dari yang memang haram hukumnya. Dari memakan makanan yang haram, tidak milik kita, atau diperoleh secara zhalim atau tidak sah.

Agar puasa ramadhan juga berkualitas dan diterima oleh Allah, kita juga dilatih sebulan penuh agar menahan pandangan, pendengaran, pikiran dan perbuatan dari yang yang akan merusak pahala berpuasa. Melihat dan.mendengar yang porno, bergunjing, menfitnah, berbuat sia-sia dan tidak berguna.

Dengan latihan ini sebulan penuh tentunya kita akan keluar dari bulan ramadhan dalan keadaan benar2 bersih, bersemangat dalam kebaikan dan menjauh dari keburukan.

Seharusnya, selepas ramadhan, gak ada lagi muslim shaim yang memakan yang haram, suka bergunjing, berbuat sia-sia, merokok, senang maksiat dsb.

Namun, realita dan pemandangan yang masih dominan diantara kita selama ramadhan adalah menahan tapi tak rela, imsak tapi terpaksa. Buktinya adalah saat berbuka kembali, kerakusan bertambah, hawa nafsu tak terkendali, selera tak tertahankan, kosumsi meningkat sebaliknya produktifitas menurun, serta kesia-siaan dan kemubadziran melonjak...

* Betapa banyak orang yang berpuasa, namun hasil akhir yang dia peroleh hanyalah lapar dan haus. Betapa banyak orang yang qiyamullail, tetapi buah yang diperolah hanya letih dan begadang.